Washington(AMERIKA).GP- Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Mike Pompeo, akan berkunjung ke Indonesia pada akhir pekan mendatang di tengah upayanya dalam mengusung strategi 'Indo-Pasifik'.
Strategi ekonomi yang melibatkan uang sebesar US$113 juta atau Rp1,6 triliun ini dia paparkan di hadapan para pebisnis di Washington DC.
"Amerika Serikat tidak berinvestasi untuk pengaruh politik, namun melakukan kemitraaan ekonomi.
"Dana ini semata-semata mewakili pembayaran di muka bagi era baru komitmen ekonomi AS untuk perdamaian dan kesejahteraan di wilayah Indo-Pasifik," papar Pompeo.
Pemaparan soal 'Indo-Pasifik' yang mencakup pesisir barat AS, negara-negara Asia Tenggara, dan India dipandang sebagai cara AS mengimbangi Inisiatif Sabuk dan Jalan yang digelar Cina.
Akan tetapi, dana sebesar Rp1,6 triliun untuk ekonomi digital, energi, dan infrastruktur di Asia dipandang kalah jauh dibandingkan dengan dana raksasa yang disiapkan Cina untuk menciptakan koridor ekonomi yang menghubungkan dua-pertiga populasi dunia di 70 negara di dunia.
Namun, sejumlah analis melihat langkah AS sebagai niatan untuk merangkul negara-negara di Asia Tenggara.
Untuk melakukannya, Mike Pompeo dijadwalkan menyambangi Kuala Lumpur, Malaysia; Singapura; dan Jakarta, Indonesia pada 1-5 Agustus.
Khusus di Jakarta pada 4-5 Agustus, Pompeo berharap dapat menguatkan Kemitraan Strategis AS-Indonesia menjelang peringatan 70 tahun hubungan kedua negara pada 2019.
"Menteri akan mendiskusikan cara memajukan tujuan bersama di bidang investasi dan perdagangan bilateral serta keamanan. Menguatkan sentralitas ASEAN, serta menyoroti kepemimpinan Indonesia dalam mewujudkan Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka," sebut juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Heather Nauert.
Sejak Donald Trump menjabat presiden, AS telah menjalankan agenda ekonomi yang kian proteksionis dan hal itu dikuatkan oleh pengunduran dari Kemitraan Trans-Pasifik (TPP) tahun lalu.
AS juga mengenakan bea masuk senilai US$34 miliar terhadap produk-produk Cina.
Strategi ekonomi yang melibatkan uang sebesar US$113 juta atau Rp1,6 triliun ini dia paparkan di hadapan para pebisnis di Washington DC.
"Amerika Serikat tidak berinvestasi untuk pengaruh politik, namun melakukan kemitraaan ekonomi.
"Dana ini semata-semata mewakili pembayaran di muka bagi era baru komitmen ekonomi AS untuk perdamaian dan kesejahteraan di wilayah Indo-Pasifik," papar Pompeo.
Pemaparan soal 'Indo-Pasifik' yang mencakup pesisir barat AS, negara-negara Asia Tenggara, dan India dipandang sebagai cara AS mengimbangi Inisiatif Sabuk dan Jalan yang digelar Cina.
Akan tetapi, dana sebesar Rp1,6 triliun untuk ekonomi digital, energi, dan infrastruktur di Asia dipandang kalah jauh dibandingkan dengan dana raksasa yang disiapkan Cina untuk menciptakan koridor ekonomi yang menghubungkan dua-pertiga populasi dunia di 70 negara di dunia.
Namun, sejumlah analis melihat langkah AS sebagai niatan untuk merangkul negara-negara di Asia Tenggara.
Untuk melakukannya, Mike Pompeo dijadwalkan menyambangi Kuala Lumpur, Malaysia; Singapura; dan Jakarta, Indonesia pada 1-5 Agustus.
Khusus di Jakarta pada 4-5 Agustus, Pompeo berharap dapat menguatkan Kemitraan Strategis AS-Indonesia menjelang peringatan 70 tahun hubungan kedua negara pada 2019.
"Menteri akan mendiskusikan cara memajukan tujuan bersama di bidang investasi dan perdagangan bilateral serta keamanan. Menguatkan sentralitas ASEAN, serta menyoroti kepemimpinan Indonesia dalam mewujudkan Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka," sebut juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Heather Nauert.
Sejak Donald Trump menjabat presiden, AS telah menjalankan agenda ekonomi yang kian proteksionis dan hal itu dikuatkan oleh pengunduran dari Kemitraan Trans-Pasifik (TPP) tahun lalu.
AS juga mengenakan bea masuk senilai US$34 miliar terhadap produk-produk Cina.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar