Dijuluki
'Rocket Man' karena ambisi rudalnya, kini Kim Jong-un disebut juru damai dengan
langkah terbaru melakukan lawatan pertamanya untuk menemui Xi Jinping.
(KCNA/via Reuters).
|
Pyongyang(KORUT).GP- Dijuluki "Rocket Man"
karena ambisi nuklir dan rudalnya, kini pemimpin tertinggi Korea Utara, Kim Jong-un,
malah disebut memosisikan diri sebagai juru damai dengan langkah
terbarunya melakukan lawatan mancanegara perdana untuk menemui Presiden
China,Kim Jong-un.
Sejumlah pakar menilai bahwa hasrat Kim untuk menjadi juru damai sudah mulai terlihat sejak Kim dan istrinya, Ri Sol Ju, melangkahkan kaki di atas karpet merah di Balai Rakyat, Beijing, setelah menempuh perjalanan dari Korut dengan kereta.
Didampingi Xi Jinping, Kim melontarkan pernyataan yang positif, tak lagi bernada ancaman layaknya pemimpin negara siap perang.
Dalam kesempatan tersebut, Kim bahkan
menyatakan kesiapan Korut untuk menghentikan program nuklir mereka jika
mendapatkan jaminan kesepakatan yang baik dari semua pihak.
Menyambut pernyataan Kim, Xi pun menyatakan bahwa perdamaian akan tercapai jika Korea Selatan dan Amerika Serikat menanggapi upaya China dan Korut dengan positif.
"Isu denuklirisasi di Semenanjung Korea dapat diselesaikan jika Korea Selatan dan Amerika Serikat merespons upaya kami dengan niat baik, menciptakan atmosfer perdamaian dan stabilitas sementara mengambil langkah progresif dan sinkron untuk mewujudkan perdamaian," kata Xi.
Menyambut pernyataan Kim, Xi pun menyatakan bahwa perdamaian akan tercapai jika Korea Selatan dan Amerika Serikat menanggapi upaya China dan Korut dengan positif.
"Isu denuklirisasi di Semenanjung Korea dapat diselesaikan jika Korea Selatan dan Amerika Serikat merespons upaya kami dengan niat baik, menciptakan atmosfer perdamaian dan stabilitas sementara mengambil langkah progresif dan sinkron untuk mewujudkan perdamaian," kata Xi.
Seorang analis dari Wilson Center, Jean Lee,
mengatakan bahwa keputusan Kim untuk memenuhi undangan sekutu
terdekatnya ini menunjukkan bahwa pemimpin Korut itu sangat paham cara
untuk memosisikan diri agar setara dengan pemimpin dunia.
"Kita melihat strategi Korea Utara yang sangat berhati-hati dalam berdiplomasi untuk menuju panggung dunia, dimulai dari Beijing," ujar Lee yang dilansir CNN
"Kita melihat strategi Korea Utara yang sangat berhati-hati dalam berdiplomasi untuk menuju panggung dunia, dimulai dari Beijing," ujar Lee yang dilansir CNN
Dengan perjalanan bersejarah ini, Kim bahkan dapat mengubah persepsi dunia dan menunjukkan bahwa dia bisa menjadi juru damai.
"Dia memosisikan dirinya sebagai juru damai. Dia mengambil semua langkah awal," kata Lee.
Gayung bersambut, Korsel memfasilitasi semua delegasi dan atlet Korut, bahkan mereka mengikuti pawai di bawah satu bendera.
Hubungan harmonis terus terjalin hingga Kim membuka pintu istananya bagi delegasi Korsel pada Februari lalu. Di sana, Kim pula yang mengambil langkah awal untuk menitipkan undangan bertemu dengan Presiden AS, Donald Trump, kepada delegasi Korsel.
Berselang beberapa hari, delegasi Korsel bertolak ke Washington untuk menyerahkan langsung undangan itu kepada Trump di Gedung Putih.
Saat itu pula, Trump langsung menerima undangan Kim, membuka kemungkinan salah satu pertemuan penting dalam sejarah.
Namun, AS menyatakan bahwa Kim mau berunding karena tekanan sanksi internasional yang mulai mencekik rakyat Korut.
Sejak saat itu, Korut tak pernah berkomentar apa pun, menimbulkan banyak spekulasi yang berujung mempertanyakan realisasi pertemuan ini.
Hingga akhirnya, pemerintah Korut melalui kantor berita KCNA
membuka suara. Dalam editorial tersebut, Korut mematahkan pernyataan
berbagai pihak yang menyatakan bahwa mereka ingin berdamai karena
tekanan sanksi.
"Dialog perdamaian Korea Utara adalah ekspresi dari kepercayaan diri karena sudah mencapai apa yang kami inginkan. Pernyataan sampah 'sebagai hasil sanksi dan tekanan' yang dikeluarkan oleh pasukan musuh itu tidak ada artinya, sangat sia-sia," tulis KCNA.
Melanjutkan pernyataan pemerintah, KCNA menulis, "Ini pemikiran sempit untuk menanggapi kisruh ini demi menghancurkan atmosfer dan mengatakan ini itu sebelum pihak yang berkaitan diberikan kesempatan untuk mempelajari pemikiran pihak lain dan duduk di meja perundingan."
Di akhir pernyataannya, Korut sekali lagi menunjukkan potensi sebagai juru damai dengan mengimbau semua pihak untuk menanggapi pertemuan ini dengan "bijak dan sabar."
Namun, AS menyatakan bahwa Kim mau berunding karena tekanan sanksi internasional yang mulai mencekik rakyat Korut.
Sejak saat itu, Korut tak pernah berkomentar apa pun, menimbulkan banyak spekulasi yang berujung mempertanyakan realisasi pertemuan ini.
"Dialog perdamaian Korea Utara adalah ekspresi dari kepercayaan diri karena sudah mencapai apa yang kami inginkan. Pernyataan sampah 'sebagai hasil sanksi dan tekanan' yang dikeluarkan oleh pasukan musuh itu tidak ada artinya, sangat sia-sia," tulis KCNA.
Melanjutkan pernyataan pemerintah, KCNA menulis, "Ini pemikiran sempit untuk menanggapi kisruh ini demi menghancurkan atmosfer dan mengatakan ini itu sebelum pihak yang berkaitan diberikan kesempatan untuk mempelajari pemikiran pihak lain dan duduk di meja perundingan."
Di akhir pernyataannya, Korut sekali lagi menunjukkan potensi sebagai juru damai dengan mengimbau semua pihak untuk menanggapi pertemuan ini dengan "bijak dan sabar."
#GP-003/Hanna Azarya Samosir, CNN Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar